III. IKAN HIAS
3.1 Silver Dollar (Metynnis schreltmuellerl)
Ikan silver dollar merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar
yang memiliki nilai ekonomis tinggi bukan hanya sebagai komoditi lokal,
tetapi juga merupakan komoditi ekspor, sehingga ikan ini mempunyai
potensi yang tinggi untuk dikembangkan sebagai ikan komersial.
Permasalahan yang timbul dalam pengembangan ikan ini diantaranya
adalah penyediaan benih masih sulit. Salah satu penyebab sulitnya
penyediaan benih ini adalah masih sulitnya ikan ini dipijahkan dalam
wadah budidaya, derajat penetasan dan kelangsungan hidup larva rendah.
Salah satu cara yang telah dilakukan untuk menanggulangi permasalah
tersebut adalah pemijahan secra buatan dengan rangsangan hormonal. Cara
tersebut akan diterangkan secara detail pada pembahasan berikut.
3.1.1 Deskripsi Ikan Silver Dollar
Ikan silver merupakan ikan introduksi yang didatangkan dari sungai
amazon, amerika Selatan. Ikan ini termasuk kedalam famili Characidae.
Bentuk badannya pipih dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Warna badan
dan perutnya perak mengkilap dan agak keabu-abuan pada bagian
punggungnya.
Jenis kelamin ikan ini relatif mudah dibedakan setelah dewasa dengan
melihat sirip analnya. Sirip anal ikan silver dollar betina agak
meruncing dibagian depannya dan berwarna jingga cerah atau merah
menyolok bila telah matang gonad. Sedangkan ikan jantannya memiliki
sirip anal yang bundar dibagian depannya dan berwarna jingga jika telah
matang gonad, tetapi warna ini kurang mencolok dibandingkan dengan
betinanya.
Ikan ini termasuk herbivora, memakan daun-dauanan seperti selada air
dan tanaman air lainnya yang berdaun lunak. Ikan silver dollar sudah
dapat dipijahkan pada pH air 6.8-7.0 dengan suhu air 26-30 oC.
3.1.2 Pemeliharaan Induk
Pemijahan induk silver dollar jantan dan betina dilakukan secara
terpisah dalam akuarium kaca yang berukuran cm yang ditempatkan pada
ruangan tertutup. Pemeliharaan secara terpisah ini dimaksudkan agar ikan
dapat matang gonad serentak dan tidak terjadi pemijahan liar yang tidak
dikehendaki. Akuarium tempat pemeliharaan induk diisi air setinggi 35
cm serta diberi aerasi. Dalam satua kuarium dimasukkan sekitar 10 ekor
induk. Untuk menjaga kualitas air pemeliharaan induk dilakukan
pergantian air dua hari sekali sebanyak ¼ bagian atau tergantung
kebutuhan.
Pemberian makanan kepada induk dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari berupa larva Chironomus
(chu merah) beku atau segar, atau cacing rambut yang diselingi dengan
memberikan selada air. Induk ikan dipelihara hingga matang gonad atau
siap dipijahkan.
Induk ikan silver dollar yang matang gonad dapat dilihat dari
penampakan tepi sirip ekor yang berwarna merah tua kehitaman, operkulum
(tutup insang) berwarna kemerahan, dan pada badan tepat dibelakang tutup
insang terdapat dua bintik hitam. Bila induk betina kelihatan perutnya
yang membesar (gendut).
Pemijahan ikan silver dollar dapat dilakukan secara alami, akan
tetapi waktu terjadinya pemijahan tidak dapat diprediksi dengan baik
sehingga relatif sulit untuk menentukan target produksi benih. Oleh
karena itu, pemijahan ikan silver dollar ini perlu dilakukan dengan
rangsangan hormon. Seperti pada pemijahan dengan rangsangan hormonal
yang dijelaskan sebelumnya, induk-induk silver dollar yang akan disuntik
ditimbang dahulu untuk mengetahui beratnya dan kemudian menentukan
banyaknya hormon yang harus disuntikkan. Hormon yang umum dipakai untuk
merangsang pemijahan ikan silver dollar adalah ovaprim. Penggunaan
ekstrak kelenjar hipofisa ikan mas untuk menyuntik ikan silver dollar
jarang dipakai, karena ukuran ini relatif kecil sehingga sulit
menentukan dosis yang diberikan.
Dosis yang diberikan pada ikan silver dollar dengan menggunakan
ovaprim yakni memakai dosis 0,7 ml/ kg bobot ikan. Penimbangan ikan
diperlukan untuk mengetahui dosis yang digunakan. Untuk bobot yang
berbeda dapat menggunakan sistem konversi berdasarkan dosis yang ada.
Untuk mengurangi stres, sebelum dilakukan penyuntikan, sebaiknya ikan
dibius terlebih dahulu dengan menggunakan MS-222 dengan konsentrasi
sekitar 100 mg perliter air. Setelah ikan dibius, diangkat dan kemudian
diletakkan diatas gabus busa tebal. Dengan hati-hati ikan disuntik
dibagian daging pungggung yang paling tebal. Diusahakan menggunakan
jarum suntik yang paling kecil.
Setelah penyuntikan selesai, ikan dikembalikan lagi ke wadah
pemijahan. Wadah pemijahan dapat berupa akuarium dengan ukuran cm atau
bak beton yang diisi air sedalam 25 cm dan diberi tanaman air Hydrilla.
Kedalam setiap wadah dimasukkan sepasang induk jantan dan betina. Air
dalam wadah pwmijahan dinaikkan tingginya menjadi 35 cm setelah
dilakukan penyuntikan kedua.
3.1.3 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva/Benih
Setelah ikan memijah, ditandai dengan banyaknya telur yang tersebar
didasar wadah pemijahan, kedua induk ikan diangkat dan dipindahkan
kewadah pemeliharaan induk semula. Tanaman Hydrilla dalam
akuarium juga diambil dan dibuang. Dan untuk mencegah serangan penyakit,
kedalam wadah pemeliharaan induk yang selesai memijah ditambahkan 1-2
sendok garam dapur dan Methylene Blue 1 mg/l.
Telur-telur didalam wadah pemijahan dapat dibiarkan menetas diwadah
tersebut, tetapi dapat juga dipindahkan atau disatukan kedalam wadah
khusus untuk penetasan telur. Cara memindahkan telur harus dilakukan
secara hati-hati agar telur tidak rusak. Pengambilan telur dari wadah
pemijahan dapat dilakukan dengan menyiponya dengan selang dan telur yang
keluar ditampung di baskon, kemudian telur-telur tersebut dimasukkan ke
wadah penetasan.
Kualitas air penetasan tetap dijaga dengan cara mengganti airnya
sebanyak 30% setiap hari. Bila telur-telur sudah menetas (sekitar 50-70
jam setelah pemijahan) dilakukan penyiponan terhadap telur-telur yang
tidak berhasil menetas untuk menjaga kualitas air tetap baik.
Pemberian pakan kepada larva dilakukan setelah larva berumur 4 hari. Pakan yang diberikan ke larva berupa nauplii Artemia
yang baru menetas. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari,
pagi, siang dan sore hari. Setelahg benih agak besar, pakan yang
diberikan berupa cacing rambut atau kutu air sampai ikan akan dijual.
Selama pendederan ikan dapat dilakukan penjarangan kepadatan agar
pertumbuhannya tidak terhambat. Pendederan ikan dilakukan di wadah yang
lebih besar seperti akuarium berukuran cm atau bak beton cm.
3.2 Ikan Cupang (Betta splendens)
Ikan cupang atau ikan betta yang banyak diminati adalah ikan
jantannya, karena keindahan warna badan dan sirip-sirip, serta tingkah
lakunya yang agresif. Harga ikan jantan pun jauh lebih mahal dengan ikan
betinanya. Oleh karena itu, secara ekonomis, lebih menguntungkan
memelihara ikan cupang jantan. Dengan demikian diperlukan suatu tehnik
yang dapat digunakan untuk menghasilkan ikan cupang jantan yang banyak
atau semuanya jantan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
teknik seks reversal menggunakan hormon yang akan dijelaskan lebih
lanjut.
Selain perbedaan harga cupang diakibatkan oleh perbedaan jenis
kelamin, juga diakibatkan oleh perbedaan strain/varietas, seperti ikan
cupang strain merah (cupang api) jauh lebih mahal harganya dibandingkan
dengan ikan cupang lokal yang berwarna merah-biru. Namun demikian
ternyata harga ikan cupang api yang mahal tersebut berhubungan dengan
relatif lebih sulit memelihara atau memijahkannya dari pada ikan lokal.
3.2.1 Deskripsi Ikan Cupang
Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai alat
pernapasan tambahan berupa labirin. Dengan bantuan alat tersebut, ikan
ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Dengan demikian dalam
pemeliharaan ikan cupang, aerasi tidak harus dipasang sehingga dapat
menghemat penggunaan listrik dan sarana sistem aerasi.
Daya tarik lain dari ikan cupang adalah keindahan warna dan
sirip-siripnya, terutama ikan cupang jantan. Ikan ini juga senang
berkelahi terhadap sesamanya sehingga dijuluki “fighting fish”, tetapi bersikap toleran terhadap ikan jenis lain. Toleransi ikan cupang terhadap temperatur berkisar antara 24-29 oC. Pertumbuhannya ikan cupang relatif cepat sehingga masa pembesarannya tidak terlalu lama ke waktu penjualannya.
3.2.2 Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk ikan cupang dilakukan secara terpisah antar ikan
jantan dan betinya, dan juga antar ikan jantan. Pemisahan antar ikan
jantan dimaksudkan agar tidak saling berkelahi yang dapat merusak
kondisi induk atau bahkan mati. Pemeliharaan induk jantan ini dilakukan
dibotol-botol air minum bekas atau dalam akuarium kecil berukuran cm,
sedangkan induk betina dipelihara secara massal atau bersama-sama
didalam akuarium atau bak yang lebih besar, berukuran cm atau cm.
Selama pemeliharaan, induk ikan cupang diberi makan “chu merah” (larva Chironomus) hidup atau beku, atau dengan jentik nyamuk, dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari.
3.2.3 Pemijahan
Induk betina yang sudah matang gonad ditandai dengan perut yang
genduk dan agak transparan sehingga telur nampak di dalam perut.
Sedangkan induk jantan biasanya selalu siap untuk dipijahkan atau dapat
matang gonad setiap saat.
Pemijahan ikan cupang dilakukan secara alami dan berpasangan di dalam
akuarium berukuran cm. Yang pertama dimasukkan kedalam akuarium adalah
induk jantan, sementara induk betina dimasukkan dahulu ke dalam botol
air minum bekas atau kantong plastik dan selanjutnya dimasukkan kedalam
akuarium tempat ikan jantan. Pemisahan ini dimaksudkan agar induk jantan
terangsang untuk membuat busa atau agar induk betina tidak menggangu
induk jantan membuat sarang busa. Ke dalam akuarium pemijahan juga
dimasukkan selembar daun eceng gondok sebagai tempat menempelkan busa
dari ikan jantan sehingga busanya tidak berantakan.
Setelah induk jantan membuat busa dan induk betina memperlihatkan
tanda-tanda siap memijah (ikan betina berenang didalam botol mengikuti
arah gerakan ikan jantan), induk betina dicampurkan dengan jantannya.
Bila kedua induk benar-benar siap memijah, akan memijah beberapa saat
setelah dicampur. Namun bila ikan tidak memijah pada hari pertama,
biarkan hingga hari ketiga. Kemudian, kalau ikan tetap tidak memijah,
pisahkan terlebih dahulu dan pelihara kembali.
3.2.4 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva/Benih
Penanganan telur ikan cupang hasil pemijahan ada dua macam, yaitu
telur-telur tersebut diasuh oleh induk jantan dan tidak diasuh atau
telur dibiarkan menetas sendiri. Kedua cara tersebut tidak memberikan
hasil (jumlah telur yang menetas) yang berbeda. Tetapi, cara membiarkan
telur menetas sendiri lebih aman dari pemangsaaan induk jantan yang
tidak mau mengasuh dan induk jantan tersebut dapat cepat pulih dan
matang gonad sehingga bisa dikawinkan lagi.
Bila dipilih cara kedua, maka kedua induk dari pasangan ikan yang
sudah memijah diangkat dan dimasukkan kedalam wadah pemeliharaan semula.
Induk (terutana induk betina) yang selesai memijah biasanya mengalami
luka-luka dibadannya sehingga perlu diobati atau mencegah adanya
serangan penyakit dengan memberikan Methylene Blue sebanyak 2
mg/l air wadah pemeliharaan. Apabila tersedia antibiotik seperti
oksitetrasiklin atau kanamisin, terkadang juga perlu ditambahkan kedalam
wadah pemeliharaan induk untuk mencegah serangan bakteri.
Ke dalam akuarium yang berisi telur ditambahkan larutan Methylene Blue
0,5 mg/l air akuarium untuk mencegah seranmgan jamur. Jumlah telur yang
dihasilkan oleh seekor induk betina (tergantung kualitas dan besanya
induk) berkisar antara 1000-2000 butir. Telur ikian cupang akan menetas
24-48 jam setelah pemijahan (suhu air 25-27 0C).
Pada saat cadangan makanan larva berupa kuning telur (yolk sack)
akan habis, biasanya pada hari ketiga setelah menetas, larva diberi
makan suspensi kuning telur ayam rebus atau dengan infusoria (sebangsa
protozoa). Setelah benih ikan bertambah besar, pakan yang diberikan
berupa naupli Artemia sampai ikan dapat memakan cacing rambut atau kutu air.
Penjarangan kepadatan ikan atau pemindahan ke wadah yang lebih besar
perlu dilakukan apabila pada wadah pertama terlalu padat. Hal ini
dimaksudkan agar pertumbuhan ikan tidak terhambat. Kegiatan ini biasanya
dilakukan setelah ikan berumur satu bulan. Sedangkan setelah ikan
berumur 2 bulan, perlu dilakukan penyortiran jenis kelamin untuk
mencegah ikan-ikan jantan berkelahi, dan setiap ikan jantan hasil
seleksi tersebut dimasukkan kedalam wadah yang terpisah. Wadah ikan
jantan dapat berupa potongan botol-botol air minum bekas. Pemberian
pakan tetap dilakukan tiga kali sehari. Dan untuk menjaga kualitas air,
dilakukan penyiphonan kotoran ikan dan selanjutnya air diganti 1/3
bagian volume air wadah.
3.2.5 Cara Memproduksi Ikan Cupang Jantan yang Banyak
Seperti mahluk hidup lainnya, secara alami jenis kelamin ikan sudah
ditentukan pada saat pembuahan telur terjadi. Namun demikian, pada ikan
terdapat suatu fase yang labil dimana jenis kelamin masih bisa diarahkan
menjadi betina atau jantan. Jenis kelamin yang diinginkan berhubungan
dengan adanya perbedaan karakter atau sifat antara ikan jantan dan
betina. Perbedaaan karakter tersebut dapat berupa kecepatan tumbuh dan
penampilan tubuh seperti warna dan panjang sirip ikan. Perbedaan
karakter tersebut biasanya berhubungan dengan aspek ekonomi sehingga
akan lebih menguntungkan apabila memelihara ikan dengan satu jenis
kelamin yang menguntungkan tersebut.
Tehnik pengarahan jenis kelamin ini dikenal dengan istilah sex
reversal. Tehnik sex reversal sudah berhasil diaplikasikan kebeberapa
jenis ikan seperti ikan mas dan beberapa jenis ikan hias seperti ikan
cupang, kongo tetra dan ikan gapi.
Pengarahan jenis kelamin ikan cupang kearah jantan dilakukan dengan menggunakan hormon androgen 17 α-methyltestosteron.
Dosis hormon yang digunakan adalah 20 mg/l air perendaman. Pembuatan
larutan hormon 20 mg/l dilakukan dengan cara melarutkan hormon sebanyak
20 mg, kemudian dilaritkan dalam 1 ml alkohol 70%, dan selanjutnya
dimasukkan kedalam air yang akan dipakai merendam sebanyak 1 liter. Air
yang telah diberi hormon diaerasi beberapa saat sebelum dilakukan
perendaman. Hal ini dilakukan untuk meratakan hormon dalam air dan
membantu penguapan alkohol.
Perendaman dalam larutan hormon dilakukan terhadap telur (embrio)
fase bintik mata yang terjadi sekitar 30 jam setelah pemijahan.
Banyaknya telur yang direndam dalam setiap liter air berhormon berkisar
antara 3000-5000 butir. Wadah yang digunakan untuk perendaman sebaiknya
yang memiliki dasar yang lebar agar pemanfaatan hormon dalam air
semaksimal mungkin. Untuk memudahkan pengambilan telur-telur setelah
diberi perlakuan hormon, telur-telur tersebut bisa dimasukkan kedalam
saringan teh yang halus sebelum dimasukkan kedalam wadah perendaman.
Lama perendaman untuk ikan cupang adalah 8 jam.
Penanganan larva ikan hasil perlakuan hormon dilakukan seperti pada
larva yang tidak diberi perlakuan. Perkembangan ikan perlakuan juga sama
seperti dengan ikan biasa.
3.3. Ikan Gapi (Poecilia reticulata)
Seperti halnya dengan ikan cupang, ikan gapi yang banyak diminati dan
harganya lebih mahal adalah ikan jantannya, karena memiliki warna dan
sirip yang panjang dan bervariasi. Kenyataan tersebut membuat petani
lebih senang memelihara ikan gapi jantan karena akan lebih menguntungkan
dari segi ekonomi. Di pasaran, terdapat beberapa strain gapi dengan
warna dan sirip yang berbeda-beda.
Perbedaan harga antara ikan gapi jantan dan betina tersebut menuntut
adanya usaha yang bisa dilakukan untuk menghasilkan ikan jantan yang
banyak atau semuanya. Cara yang biasa dilakukan akan di jelaskan lebih
lanjut.
3.3.1 Deskripsi Ikan Gapi
Ikan gapi memiliki nilai ekonomis tinggi karena variasi warna yang
dimilikinya menarik dan bentuk sirip yang beragam, pemeliharaan dan
pemijahan mudah, serta tidak terlalu berpengaruh pada perubahan
temperatur dan kualitar air lainnya. Saat ini terdapat sekitar 30 jenis
ikan gapi berdasarkan pola warna dan bentuk siripnya, yang sebagian
besar merupakan komoditi ekspor.
Dari penampakan morfologis, ikan gapi jantan memiliki bentuk dan
corak warna tubuh lebih menarik dan cemerlang daripada ikan betinanya.
Ikan gapi memiliki kemampuan berkembang biak yang cepat sehingga harus
segera dipisahkan agar tidak terjadi perkawinan pada usia muda yang
dapat menurunkan kualitas dan kuantitas anak yang dihasilkan.
Ikan gapi bersifat ovovivipar, yaitu pembuahan terjadi di dalam
tubuh, embrio disimpan dan terus berkembang dalam tubuh induk, akan
dilahirkan sebagai anak setelah kurang lebih 20 hari masa kehamilan.
Ikan betina mampu menyimpan sperma dalam tubuhnya sehingga dari satu
kali perkawinan dapat melahirkan sampai tiga kali dengan jarak waktu
antar kehamilan 7-43 hari, dengan selang waktu antara melahirkan anak
dengan pemisahan induk betina dari jantannya berkisar 16-35 hari.
3.3.2 Pemeliharaan Induk
Calon induk ikan gapi dapat diperoleh setelah ikan berumur 4 bulan.
Untuk menyetarakan perkawinan masa pemeliharaan induk dilakukan di wadah
terpisah. Makanan yang diberikan berupa larva Chironomus (chu merah) dan Daphnia (kutu air), yang diberikan dua kali sehari. Pergantian air dilakukan 2-3 hari sekali sebanyak 20-30% volume wadah pemeliharaan.
3.3.3 Pemijahan
Ikan gapi dapat dikawinkan baik secara berpasangan maupun secara
massal dengan perbandingan antara induk jantan dan betina 1:1. karena
perkawinan ikan gapi secara massal belum tentu terjadi semua pada hari
pertama setelah dicampurkan, maka biasanya lama pencampuran 4-7 hari.
Pada umumnya selama waktu tersebut ikan gapi sudah kawin sehingga ikan
betina dapat dipisahkan dari induk jantannya agar tidak terganggu oleh
induk jantan. Induk betina yang sudah kawin tersebut dipelihara diwadah
akuarium berukuran cm atau di bak yang diberi aerasi.
Setelah dua minggu dari waktu pemisahan induk, sudah dapat diketahui
induk betina yang hamil dengan cara melihat adanya daerah gelap pada
bagian belakang sirip anal dan perutnya sedikit membengkak. Induk ikan
yang tidak hamil diambil dan dimasukkan kedalam wadah pemeliharaan
induk, sementara induk yang hamil dibiarkan disatukan atau disatukan ke
wadah yang lain.
3.3.4 Pemeliharaan dan Pendederan Anak Gapi
Jumlah anak gapi dari setiap kelahiran berkisar antara 50-200 ekor
dengan perbandingan jenis kelamin sekitar 1:1. Anak ikan gapi yang lahir
dipisah dari induk agar tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan
makanan. Selain itu, agar induk tersebut mendapatkan makanan yang cukup
sehingga kehamilan keduanya dapat menghasilkan anak dengan jumlah yang
maksimal.
Anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan. Setelah berumur satu hari, anak ikan diberi makan naupli Artemia
atau kutu air yang kecil. Pemeliharaan anak ikan gapi sebaiknya di
ruangan yang bisa terkena sinar matahari agar warnanya cemerlang. Wadah
pemeliharaan anak ikan dapat berupa bak beton atau bak plastik yang
cukup luas yang dilengkapi dengan sistem aerasi. Pergantian air
dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak 20-30% volume wadah
pemeliharaan.
Seleksi jenis kelamin dapat dilakukan setelah anak ikan gapi berumur
satu bulan dengan cara melihat ciri kelamin sekundernya seperti sirip
ekor lebih panjang, warna lebih bagus dan sirip anal yang runcing.
Sebagian besar anak ikan betina yang dihasilkan bisa dijual atau dibuang
dan sisanya dapat dipelihara lebih lanjut untuk dijadikan calon induk.
3.3.5 Cara Menghasilkan Anak Gapi Semua Jantan
Tehnik yang bisa digunakan untuk menghasilkan semua ikan gapi jantan
adalah dengan mengarahkan diferensiasi kelaminnya menggunakan hormon
jantan (androgen) seperti 17a-methyltestosteron. Karena ikan
gapi ini melahirkan anak dan diferensiasi kelaminnya terjadi pada saat
masih didalam perut induknya, maka pemberian hormon yang dilakukan pada
saat induk hamil. Dosis hormon yang diberikan adalah 2 mg/l air
perendaman dengan lama perendaman 24 jam. Cara pembuatan larutan hormon
sama seperti pembuatan larutan hormon pada ikan cupang, yaitu hormon
dilarutkan terlebih dahulu dengan alkohol 70% dan selanjutnya
dicampurkan dengan air yang akan dipakai merendam. Pada setiap satu
liter air yang sudah diberi hormon dapat merendam 3 ekor induk yang
sudah hamil, baik pada hamil pertama maupun pada hamil kedua. Perendaman
pada saat hamil pertama dilakukan setelah 14 hari dari waktu pemisahan
antara induk jantan dan betina, sedangkan perendaman hamil kedua
dilakukan setelah 14 hari dari waktu melahirkan pertama. Selama kegiatan
perendaman, kedalam air perendaman ikan tetap diberi aerasi. Jumlah
anak yang dihasilkan dari perlakuan tidak berbeda atau sama dengan ikan
yang tidak diberi hormon, dan anak yang dihasilkan dapat semua jantan
(100%).
3.4. Ikan Kongo Tetra (Micralestes interruptus)
3.4.1 Deskripsi Ikan Kongo Tetra
Ikan kongo tetra termasuk ke dalam famili Characidae dan berasal dari
Afrika. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan hias yang mudah
berkembang biak. Seperti halnya dengan ikan gapi dan cupang, ikan kongo
tetra jantan lebih mahal dibandingkan dengan betinanya, karena ikan
jantan lebih menarik dengan adanya sirip punggung yang memanjang
menyerupai rumbai-rumbai yang bisa sampai menyentuh sirip ekor. Di bawah
cahaya lampu, ikan jantan juga biasanya memancarkan cahaya yang
berwarna emas dan turquoise. Ikan ini hidup dengan baik di lingkungan
dengan temperatur 25-27oC.
Perbedaan harga antara ikan jantan dan ikan betina tersebut mendorong
petani berusaha menghasilkan ikan jantan lebih banyak atau semuanya
jantan. Akan tetapi secara konvensional, untuk tujuan tersebut petani
harus menambah jumlah induk ikan yang tentunya akan diikuti dengan
kenaikan biaya produksi. Tehnologi yang bisa digunakan untuk
menghasilkan semua ikan kongo jantan adalah sex reversal dengan
menggunakan hormon androgen, 17-methyltestosteron, yang akan di bahas lebih lanjut.
3.4.2 Pemeliharaan Induk
Seperti pada ikan hias lainnya, pemeliharaan calon induk ikan kongo
untuk pematangan gonadnya dilakukan dalam akuarium yang terpisah. Pakan
yang bagus untuk pematangan gonad adalah chu merah beku atau segar,
dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari sampai ikan kenyang. Dan
untuk menjaga kualitas air, setiap hari dilakukan penyiponan terhadap
kotoran ikan dan sisa makanan yang tidak termakan, kemudian air diganti
sebanyak 30% dari volume air akuarium.
3.4.3 Pemijahan
Pemijahan ikan kongo tetra sebaiknya dilakukan secara massal dengan
perbandingan jenis kelamin ikan jantan dan betina 3:5. induk matang
gonad yang ditandai dengan perut gendut, dimasukkaqn kedalam akuarium
pemijahan berukuran cm. Pada umumnya induk jantan selalu siap
dikawinkan sehingga pemilihan induk hanya dilihat dari keseragaman
besarnya dengan harapan kualitasnya akan sama.
Ke dalam akuarium pemijahan dimasukkan pula 4-5 eceng gondok sebagai
substrat pemijahan. Disela-sela akar eceng gondok biasanya banyak telur
ikan meskipun sebenarnya telur-telur tersebut tidak menempel sehingga
pada saat eceng gondok digoyang goyangkan, telur-telur akan jatuh
kedasar akuarium. Telur-telur yang ada didasar akuarium disiphon dengan
selang sipon secara hati-hati agar telur tidak rusak, kemudian
telur-telur tersebut dipindahkan kedalam akuarium penetasan.
Induk-induk yang berada di akuarium yang memiliki telur tetap
dibiarkan dan dipelihara dengan pemberian pakan dan pergantian air
seperti biasa. Setelah dilakukan pemanenan telur sebanyak 4-5 kali
(untuk pemijahan dengan induk betina sebanyak 20 ekor), induk ikan kongo
jantan diganti dengan induk jantan yang baru. Ikan jantan yang sudah
digunakan untuk pemijahan tersebut dipelihara dalam akuarium pematangan
untuk dimatangkan lagi. Demikian juga halnya dengan induk betina yang
sudah memijah ditandai dengan perut menjadi ramping (kempes) diambil dan
diganti dengan betina yang baru.
3.4.4 Penetasan Telur dan Pendederan Larva/Benih
Penetasan telur dilakukan pada akuarium yang terpisah dari akuarium
pemijahan. Telur yang telah dikumpulkan kedalam akuarium penetasan
ditambahkan Methylene Blue 1 mg/l air akuarium untuk mencegah serangan jamur.
Makanan untuk larva mulai diberikan pada saat cadangan makanannya
berupa kuning telur mulai habis. Makanan yang diberikan berupa naupli Artemia
sampai ikan berumur 2 minggu, kemudian diberi cacing rambut atau kutu
air. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari. Untuki menjaga kualitas
air dilakukan penyiponan setiap hari dan pergantian air kurang lebih 30%
volume air akuarium penetasan. Air yang dipergunakan adalah air tandon
tang telah disiapkan sehari sebelumnya. Setelah ikan berumur satu bulan,
kepadatannya dijarangkan agar pertumbuhan ikan tidak terhambat.
3.4.5 Cara Memproduksi Ikan Kongo Tetra Jantan yang Banyak
Untuk menghasilkan ikan jantan yang banyak dari setiap siklus
produksi dapat dilakukan dengan cara diferensiasi kelamin dengan
menggunakan hormon. Pada ikan kongo tetra telah berhasil dilakukan
pengarahan kelamin menjadi jantan dengan menggunakan hormon 17 mehyltestoteron
dengan dosis 25 mg/l selama 8 jam melalui perendaman telur pada saat
bintik mata yang terjadi sekitar 50 jam setelah pemijahan. Jumlah telur
yang direndam sebanyal 1000-2000 butir per liter air berhormon. Selam
perendaman, aerasi tetap diberikan. Setelah waktu perendaman selesai.
Air berhormon dibuang dan diganti dengan air yang baru air tandon. Cara
pemeliharaan ikan selanjutnya seperti pada pemeliharaan ikan normal (
ikan yang tidak diberi perlakuan hormon).
3.5. Ikan Green Tiger (Puntius tetrazona)
Ikan green tiger atau “The most green tiger barb fish” adalah salah
satu jenis ikan air tawar yang unik. Keunikan ikan ini dilihat dari pola
warna dan pola garisnya. Pola warna yang tampak adalah warna hitam,
hijau dan albino. Sedangkan pola garis yang tampak adalah “green tiger”
dengan bar di badan berwarna hijau atau hitam yang luasannya besar, dan
pola sumatera dengan 4 bar kecil.
Pada keturunan generasi pertama hasil perkawinan antara sumetera dan
green tiger didapat pola garis sumatera dan pola garis green tiger,
sedangkan pola warna yang tampak adalah hitam, hijau dan albino. Pada
generasi kedua dari perkawinan antara green tiger dengan green tiger
diperoleh pola warna dan garis yang sama dengan generasi pertama.
Perkawinan antar jenis ikan sumatera akan menghasilkan semuanya ikan
sumatera.
3.5.1. Deskripsi Ikan Green Tiger
Ikan green tiger dikenal dengan “The most green tiger barb fish”
merupakan hasil mutasi dari jenis sumatera. Ikan ini memiliki sisik
berwarna hijau dan hitam dengan pola yang khas pada sisi tubuhnya. Ujung
sirip punggung dan sirip analnya berwarna merah kehitaman, sedangkan
sirip lainnya berwarna kemerahan transparan.
3.5.2. Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk green tiger dilakukan ditangki fiber atau bak
beton. Pemeliharaan induk jantan dan betina dilakukan secara terpisah.
Bak beton yang digunakan berukuran cm dengan ketinggian air 35 cm.
Pakan yang diberikan pada pemeliharaan induk ini adalah cacing rambut,
atau kutu air dengan frekuensi pemberian dua kali sehari yaitu pada pagi
dan sore hari. Sedangkan penggantian air dilakukan 2 hari sekali
sebanyak 30% dari volume wadah.
3.5.3 Pemijahan
Pemijahan ikan green tiger dilakukan didalam akuarium berukuran cm
dengan ketinggian air 15 cm yang diaerasi terusa menerus dengan kekuatan
sedang. Sebagai spawning ground digunakan eceng gondok yang
sekaligus berfungsi sebagi pelindung telur-telur dari pemangsaan
induknya setelah pemijahan dan juga merupakan tempat persembunyian induk
betina dari kejaran induk jantan setelah pemijahan selesai. Untuk
mencegah agar induk tidak memakan telurnya dapat dibuatkan
trap/penghalang yang dipasang beberapa senrimeter diatas dasar akuarium.
Trap tersebut dapat dibuat dari jaring hapa bekar yang diberi rangka
sesuai dengan ukuran akuarium.
Induk jantan dimasukkan keakuarium terlebih dahulu untuk memberi
kesempatan bagi induk jantan menguasai lingkungan pemijahan. Setelah
pemijahan selesai kedua induk segera diangkat dari akuarium pemijahan.
3.5.4 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva/Benih
Setelah kedua induk ikan diangkat, telur-telur dibiarkan menetas
didalam akuarium pemijahan tersebut. Untuk mencegah serangan jamur,
kedalam akuarium penetasan ditambahkan Methylene Blue 1 mg/l air.
Larva ikan baru diberi makan setelah berumur 4 hari berupa nauplii Artemia
yang baru menetas, kemudian secara bertahap diberi kutu air dan cacing
rambut. Larva ikan yang baru menetas sampai berumur kurang lebih 15 hari
tetap dipelihara dalam akuarium pemijahan, selanjutnya ikan dapat
didederkan di bak beton atau kolam dan sawah yang sudah dipupuk sehingga
tumbuh banyak makanan alami.
3.6. Ikan Head Stander (Chilodus punctatus)
3.6.1. Deskripsi Ikan Headstander
ikan ini dinamakan ikan head tander karena kepalanya selalu kebawah.
Ikan headstander termasuk kedalam famili alestidae. Tubuhnya dipenuhi
bercak-bercak berwarna coklat. Panjang tubuh mencapai 3.5 cm
Perbedaan morfologi antara jantan dan betina sukar terlihat karena
tidak ada beda ciri morfologisnya. Sedikit perbedaan yang ada terletak
pada tubuh betina ynag tampak lebih gendut pada saat matang gonad. Ikan
ini mulai matang gonad pada umur 4 bulan.
3.6.2 Pemijahan
Pemijahan ikan headstander dilakukan di dalam akuarium berukuran cm
dan diberi aerasi. Pemijahan berlangsung secara massal dan terus-menerus
dengan jumlah jantan sebanyak dua ekor dan betina tiga ekor setiap
akuarium. Kedalam akuarium pemijahan dimasukkan serabut tali rafia yang
diikatkan dengan pemberat dan diletakkkan di dasar akuarium sebagai
media peletakan telur. Apabila dalam selang waktu dua minggu tidak ada
induk yang memijah, maka induk dipisahkan selama kurang lebih i minggu
untuk pematangan gonad.
Pengontrolan telur dilakukan sampai lima kali dalam sehari karena
telur tidak dikeluarkan sekaligus. Pengambilan telur dengan cara
menyiphonnya. Sisa-sisa telur tersebut dimasukkan kedalam akuarium
penetasan.
Penyiponan sisa makanan dan kotoran dilakukan setiap hari dan
penggantian air sebanyak 30% dua hari sekali. Makanan untuk induk
diberikan berupa cacing rambut, dan chu merah segar atau beku.
3.6.3. Penetasan Telur
Akuarium penetasan yang digunakan berukuran 30x30x20 cm. Sebelum
digunakan, akuarium tersebut terlebih dahulu dibersihkan. Air yang
digunakan untuk penetasan telur sudah disiapkan dua hari sebelum
dipasang. Untuk mencegah serangan jamur, kedalam akuarium penetasan
ditambahkan Methylene Blue sebanyak 1 mg/l air. Bila ruangan
terlalu terang, wadah penetasan ditutupi dengan plastik hitam untuk
mengurangti intensitas cahaya. Inkubasi telur dilakukan selam 4-5 hari.
3.6.4 Pendederan dan Pembesaran
Sehari setelah menetas, larva dipindahkan keakuarium pendederan
berukluran cm yang diisi air setinggi 25 cm. Setelah larva berumur 3
hari, diberi pakan verupa naupli Artemia dengan frekuensi
pemberian pakan 2-3 kali sehari. Penyiponan sisa-sia makanan dan kotoran
dilakukan setiap hari. Pergantian air sebanyak 20-30% dilakukan setelah
ikan berumur 10 hari.
Setelah berumur 1 bulan, dilakukan penjarangan ikan dengan kepadatan
setiap akuarium sekitar 100 ekor. Diusahakan didalam akuarium ikannya
berukuran seragam. Apabila benih sudah mencapai ukuran 1 inchi, makanan
diberikan berupa kutu air dan cacing rambut. Pergantian air dilakukan
sebanyak 20-30% setiap hari.
Kegiatan pembesaran dilakukan dibak beton atai tangki fiber volume 1
m3. didalam setiap bak diisi ikan sebanyak 500-1000 ekor. Pakan yang
diberikan berupa kutu air dan cacing rambut. Pergantian air tetap
dilakukan setiap hari sebanyak 20-30%. Biasanya ikan headstander akan di
jual setelah berumur 4 bulan.
3.7. Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons)
3.7.1 Deskripsi Ikan Black Ghost
Black ghost mempunyai tubuh yang berwarna biru kearah ungu tua hingga
kehitaman dan kadang-kadang terlihat hitam pekat. Ciri fisik lainnya
adalah terdapat beberapa goresan atau garis putih pada bagian ekornya
dan garis putih dari dahi hingga dagu.
Bentuk tubuh black ghost seperti pipih, di alam panjangnya dapat
mencapai 48 cm. Ikan ini memiliki keunikan yaitu ditandai dengan
bersatunya sirip dada dan sirip perut. Sirip yang menyatu ini memanjang
dari dada hingga pangkal ekor. Pada saat berenang atau ada aliran air,
sirip ini berkibar-kibar sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Selain
itu ikan black ghost mempunyai organ-organ yang mengandung listrik.
Diduga organ ini berfungsi sebagai alat komunikasi, mempertahankan diri
atau mengetahui letaknya makanan.
Black ghost akan berkembang baik pada suhu 26oC, pH 6.6 , namun masih tumbuh dan berkembang dengan baik pada pH 6-7.
3.7.2 Pemijahan
Pemijahan ikan black ghost biasanya menggunakan sistem massal dengan
perbandingan jantan dan betina 2:3. Wadah yang digunakan dapat berupa
akuarium yang berukuran cm dengan induk sebanyak 5-7 ekor dan kolam
beton yang berukuran m dapat diisi induk 20 ekor.
Untuk membedakan jenis kelamin induknya dapat dilihat secara fisik.
Induk jantan dagunya biasanya panjang dan rata (lurus) dan panjangnya
panjang, sedangkan induk betina dagunya biasanya pendek, gemuk dan lebih
besar jika dibandingkan ikan jantan, sedangkan badannya pendek dan
gemuk. Pakan yang baik untuk induk black ghost yakni cuk merah hidup
atau beku atau yang paling baik adalah jentik nyamuk. Pemberian pakan
dilakukan tiga kali sehari dan pengontrolan kualitas air sebaiknya pada
wadah pemijahan diletakkan filter untuk menjaga kebersihan air.
Pemijahan ikan black ghost memerlukan substrat biasanya yang
digunakan adalah akar pakis, perlu diperhatikan agar pakis yang
digunakan sebaiknya benar-benar bersih dan bebas dari penyakit.
Pemijahan dilakukan pada sore hari dengan meletakkan akar pakis diantara
dua pemberat misalnya menggunakan kaca atau pecahan keramik. Ikan
betina akan meyemburkan telurnya ke dalam substrat, kemudian diikuti
oleh jantannya yang menyemprotkan sperma. Pada pagi harinya akar pakis
dapat dilihat terdapat telur-telur yang menempel. Setelah bertelur akar
pakis dipindahkan kedalam akuarium penetasan yang telah ditambahkan Methylene Blue sebanyak 2 mg/l air.
3.7.3. Pemeliharaan Larva/Benih
Dalam waktu 3-4 hari telur black ghost akan menetas, namun hanya
telur yang fertil saja yang menetas, sementara telur steril berwarna
putih susu dan tidak akan menetas. Larva black ghost yang baru menetas
berwarna putih, dengan bertambahnya umur akan berubah menjadi hitam.
Perubahan warna ini juga diikuti oleh menghilangnya lendir dari tubuh
black ghost.
Black ghost yang sudah menetas dapat diberi pakan nauplii Artemia kemudian Daphnia
atau kutu air, selanjutnya anakan dapat diberikan cacing sutra.
Pemeliharaan kualitas air dijaga agar tetap stabil. Penyiphonan dapat
dilakukan dengan mengganti 30% air akuarium. Pemberian termostat juga
diperlukan untuk menjaga agar suhunya stabil karena ikan black ghost
akan mudah terserang white spot pada suhu yang rendah.
Sumber :
http://taufikbudhipramono.blog.unsoed.ac.id/2011/05/12/teknologi-budidaya-ikan-hias-3/