Sabtu, 05 Januari 2013

TEKNOLOGI BUDIDAYA IKAN HIAS 3

III. IKAN HIAS
3.1 Silver Dollar (Metynnis schreltmuellerl)
Ikan silver dollar merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi bukan hanya sebagai komoditi lokal, tetapi juga merupakan komoditi ekspor, sehingga ikan ini mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan sebagai ikan komersial.
Permasalahan yang timbul dalam pengembangan ikan ini diantaranya adalah penyediaan benih masih sulit. Salah satu penyebab sulitnya penyediaan benih ini adalah masih sulitnya ikan ini dipijahkan dalam wadah budidaya, derajat penetasan dan kelangsungan hidup larva rendah. Salah satu cara yang telah  dilakukan untuk menanggulangi permasalah tersebut adalah pemijahan secra buatan dengan rangsangan hormonal. Cara tersebut akan diterangkan secara detail pada pembahasan berikut.

3.1.1 Deskripsi Ikan Silver Dollar
Ikan silver merupakan ikan introduksi yang didatangkan dari sungai amazon, amerika Selatan. Ikan ini termasuk kedalam famili Characidae. Bentuk badannya pipih dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Warna badan dan perutnya perak mengkilap dan agak keabu-abuan pada bagian punggungnya.
Jenis kelamin ikan ini relatif mudah dibedakan setelah dewasa dengan melihat sirip analnya. Sirip anal ikan silver dollar betina agak meruncing dibagian depannya dan berwarna jingga cerah atau merah menyolok bila telah matang gonad. Sedangkan ikan jantannya memiliki sirip anal yang bundar dibagian depannya dan berwarna jingga jika telah matang gonad, tetapi warna ini kurang mencolok dibandingkan dengan betinanya.
Ikan ini termasuk herbivora, memakan daun-dauanan seperti selada air dan tanaman air lainnya yang berdaun lunak. Ikan silver dollar sudah dapat dipijahkan pada pH air 6.8-7.0 dengan suhu air 26-30 oC.

3.1.2 Pemeliharaan Induk
Pemijahan induk silver dollar jantan dan betina dilakukan secara terpisah dalam akuarium kaca yang berukuran cm yang ditempatkan pada ruangan tertutup. Pemeliharaan secara terpisah ini dimaksudkan agar ikan dapat matang gonad serentak dan tidak terjadi pemijahan liar yang tidak dikehendaki. Akuarium tempat pemeliharaan induk diisi air setinggi 35 cm serta diberi aerasi. Dalam satua kuarium dimasukkan  sekitar 10 ekor induk. Untuk menjaga kualitas air pemeliharaan induk dilakukan pergantian air dua hari sekali sebanyak ¼ bagian atau tergantung kebutuhan.
Pemberian makanan kepada induk dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari berupa larva Chironomus (chu merah) beku atau segar, atau cacing rambut yang diselingi dengan memberikan selada air. Induk ikan dipelihara hingga matang gonad atau siap dipijahkan.
Induk ikan silver dollar yang matang gonad dapat dilihat dari penampakan tepi sirip ekor yang berwarna merah tua kehitaman, operkulum (tutup insang) berwarna kemerahan, dan pada badan tepat dibelakang tutup insang terdapat dua bintik hitam. Bila induk betina kelihatan perutnya yang membesar (gendut).
Pemijahan ikan silver dollar dapat dilakukan secara alami, akan tetapi waktu terjadinya pemijahan tidak dapat diprediksi dengan baik sehingga relatif sulit untuk menentukan target produksi benih. Oleh karena itu, pemijahan ikan silver dollar ini perlu dilakukan dengan rangsangan hormon. Seperti pada pemijahan dengan rangsangan hormonal yang dijelaskan sebelumnya, induk-induk silver dollar yang akan disuntik ditimbang dahulu untuk mengetahui beratnya dan kemudian menentukan banyaknya hormon yang harus disuntikkan. Hormon yang umum dipakai untuk merangsang pemijahan ikan silver dollar adalah ovaprim. Penggunaan ekstrak kelenjar hipofisa ikan mas untuk menyuntik ikan silver dollar jarang dipakai, karena ukuran ini relatif kecil sehingga sulit menentukan dosis yang diberikan.
Dosis yang diberikan pada ikan silver dollar dengan menggunakan ovaprim yakni memakai dosis 0,7 ml/ kg bobot ikan. Penimbangan ikan diperlukan untuk mengetahui dosis yang digunakan. Untuk bobot yang berbeda dapat menggunakan sistem konversi berdasarkan dosis yang ada.
Untuk mengurangi stres, sebelum dilakukan penyuntikan, sebaiknya ikan dibius terlebih dahulu dengan menggunakan MS-222 dengan konsentrasi sekitar 100 mg perliter air. Setelah ikan dibius, diangkat dan kemudian diletakkan diatas gabus busa tebal. Dengan hati-hati ikan disuntik dibagian daging pungggung yang paling tebal. Diusahakan menggunakan jarum suntik yang paling kecil.
Setelah penyuntikan selesai, ikan dikembalikan lagi ke wadah pemijahan. Wadah pemijahan dapat berupa akuarium dengan ukuran  cm atau bak beton yang diisi air sedalam 25 cm dan diberi tanaman air Hydrilla. Kedalam setiap wadah dimasukkan sepasang induk jantan dan betina. Air dalam wadah pwmijahan dinaikkan tingginya menjadi 35 cm setelah dilakukan penyuntikan kedua.

3.1.3 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva/Benih
Setelah ikan memijah, ditandai dengan banyaknya telur yang tersebar didasar wadah pemijahan, kedua induk ikan diangkat dan dipindahkan kewadah pemeliharaan induk semula. Tanaman Hydrilla dalam akuarium juga diambil dan dibuang. Dan untuk mencegah serangan penyakit, kedalam wadah pemeliharaan induk yang selesai memijah ditambahkan 1-2 sendok garam dapur dan Methylene Blue 1 mg/l.
Telur-telur didalam wadah pemijahan dapat dibiarkan menetas diwadah tersebut, tetapi dapat juga dipindahkan atau disatukan kedalam wadah khusus untuk penetasan telur. Cara memindahkan telur harus dilakukan secara hati-hati agar telur tidak rusak. Pengambilan telur dari wadah pemijahan dapat dilakukan dengan menyiponya dengan selang dan telur yang keluar ditampung di baskon, kemudian telur-telur tersebut dimasukkan ke wadah penetasan.
Kualitas air penetasan tetap dijaga dengan cara mengganti airnya sebanyak 30% setiap hari. Bila telur-telur sudah menetas (sekitar 50-70 jam setelah pemijahan) dilakukan penyiponan terhadap telur-telur yang tidak berhasil menetas untuk menjaga kualitas air tetap baik.
Pemberian pakan kepada larva dilakukan setelah larva berumur 4 hari. Pakan yang diberikan ke larva berupa nauplii Artemia yang baru menetas. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari, pagi, siang dan sore hari. Setelahg benih agak besar, pakan yang diberikan berupa cacing rambut atau kutu air sampai ikan akan dijual.
Selama pendederan ikan dapat dilakukan penjarangan kepadatan agar pertumbuhannya tidak terhambat. Pendederan ikan dilakukan di wadah yang lebih besar seperti akuarium berukuran cm atau bak beton  cm.

3.2 Ikan Cupang (Betta splendens)
Ikan cupang atau ikan betta yang banyak diminati adalah ikan jantannya, karena keindahan warna badan dan sirip-sirip, serta tingkah lakunya yang agresif. Harga ikan jantan pun jauh lebih mahal dengan ikan betinanya. Oleh karena itu, secara ekonomis, lebih menguntungkan memelihara ikan cupang jantan. Dengan demikian diperlukan suatu tehnik yang dapat digunakan untuk menghasilkan ikan cupang jantan yang banyak atau semuanya jantan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan teknik seks reversal menggunakan hormon yang akan dijelaskan lebih lanjut.
Selain perbedaan harga cupang diakibatkan oleh perbedaan jenis kelamin, juga diakibatkan oleh perbedaan strain/varietas, seperti ikan cupang strain merah (cupang api) jauh lebih mahal  harganya dibandingkan dengan ikan cupang lokal yang berwarna merah-biru. Namun demikian ternyata harga ikan cupang api yang mahal tersebut berhubungan dengan relatif lebih sulit memelihara atau memijahkannya dari pada ikan lokal.

3.2.1 Deskripsi Ikan Cupang
Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirin. Dengan bantuan alat tersebut, ikan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Dengan demikian dalam pemeliharaan ikan cupang, aerasi tidak harus dipasang sehingga dapat menghemat penggunaan listrik dan sarana sistem aerasi.
Daya tarik lain dari ikan cupang adalah keindahan warna dan sirip-siripnya, terutama ikan cupang jantan. Ikan ini juga senang berkelahi terhadap sesamanya sehingga dijuluki “fighting fish”, tetapi bersikap toleran terhadap ikan jenis lain. Toleransi ikan cupang terhadap temperatur berkisar antara 24-29 oC. Pertumbuhannya ikan cupang relatif cepat sehingga masa pembesarannya tidak terlalu lama ke waktu penjualannya.

3.2.2 Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk ikan cupang dilakukan secara terpisah antar ikan jantan dan betinya, dan juga antar ikan jantan. Pemisahan antar ikan jantan dimaksudkan agar tidak saling berkelahi yang dapat merusak kondisi induk atau bahkan mati. Pemeliharaan induk jantan ini dilakukan dibotol-botol air minum bekas atau dalam akuarium kecil berukuran  cm, sedangkan induk betina dipelihara secara massal atau bersama-sama didalam akuarium atau bak yang lebih besar, berukuran  cm atau  cm.
Selama pemeliharaan, induk ikan cupang diberi makan “chu merah” (larva Chironomus) hidup atau beku, atau dengan jentik nyamuk, dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari.

3.2.3 Pemijahan
Induk betina yang sudah matang gonad ditandai dengan perut yang genduk dan agak transparan sehingga telur nampak di dalam perut. Sedangkan induk jantan biasanya selalu siap untuk dipijahkan atau dapat matang gonad setiap saat.
Pemijahan ikan cupang dilakukan secara alami dan berpasangan di dalam akuarium berukuran  cm. Yang pertama dimasukkan kedalam akuarium adalah induk jantan, sementara induk betina dimasukkan dahulu ke dalam botol air minum bekas atau kantong plastik dan selanjutnya dimasukkan kedalam akuarium tempat ikan jantan. Pemisahan ini dimaksudkan agar induk jantan terangsang untuk membuat busa atau agar induk betina tidak menggangu induk jantan membuat sarang busa. Ke dalam akuarium pemijahan juga dimasukkan selembar daun eceng gondok sebagai tempat menempelkan busa dari ikan jantan sehingga busanya tidak berantakan.
Setelah induk jantan membuat busa dan induk betina memperlihatkan tanda-tanda siap memijah (ikan betina berenang didalam botol mengikuti arah gerakan ikan jantan), induk betina dicampurkan dengan jantannya. Bila kedua induk benar-benar siap memijah, akan memijah beberapa saat setelah dicampur. Namun bila ikan tidak memijah pada hari pertama, biarkan hingga hari ketiga. Kemudian, kalau ikan tetap tidak memijah, pisahkan terlebih dahulu dan pelihara kembali.

3.2.4 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva/Benih
Penanganan telur ikan cupang hasil pemijahan ada dua macam, yaitu telur-telur tersebut diasuh oleh induk jantan dan tidak diasuh atau telur dibiarkan menetas sendiri. Kedua cara tersebut tidak memberikan hasil (jumlah telur yang menetas) yang berbeda. Tetapi, cara membiarkan telur menetas sendiri lebih aman dari pemangsaaan induk jantan yang tidak mau mengasuh dan induk jantan tersebut dapat cepat pulih dan matang gonad sehingga bisa dikawinkan lagi.
Bila dipilih cara kedua, maka kedua induk dari pasangan ikan yang sudah memijah diangkat dan dimasukkan kedalam wadah pemeliharaan semula. Induk (terutana induk betina) yang selesai memijah biasanya mengalami luka-luka dibadannya sehingga perlu diobati atau mencegah adanya serangan penyakit dengan memberikan Methylene Blue sebanyak 2 mg/l air wadah pemeliharaan. Apabila tersedia antibiotik seperti oksitetrasiklin atau kanamisin, terkadang juga perlu ditambahkan kedalam wadah pemeliharaan induk untuk mencegah serangan bakteri.
Ke dalam akuarium yang berisi telur ditambahkan larutan Methylene Blue 0,5 mg/l air akuarium untuk mencegah seranmgan jamur. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor induk betina (tergantung kualitas dan besanya induk) berkisar antara 1000-2000 butir. Telur ikian cupang akan menetas 24-48 jam setelah pemijahan (suhu air 25-27 0C).
Pada saat cadangan makanan larva berupa kuning telur (yolk sack) akan habis, biasanya pada hari ketiga setelah menetas, larva diberi makan suspensi kuning telur ayam rebus atau dengan infusoria (sebangsa protozoa). Setelah benih ikan bertambah besar, pakan yang diberikan berupa naupli Artemia sampai ikan dapat  memakan cacing rambut atau kutu air.
Penjarangan kepadatan ikan atau pemindahan ke wadah yang lebih besar perlu dilakukan apabila pada wadah pertama terlalu padat. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan ikan tidak terhambat. Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah ikan berumur satu bulan. Sedangkan setelah ikan berumur 2 bulan, perlu dilakukan penyortiran jenis kelamin untuk mencegah ikan-ikan jantan berkelahi, dan setiap ikan jantan hasil seleksi tersebut dimasukkan kedalam wadah yang terpisah. Wadah ikan jantan dapat berupa potongan botol-botol air minum bekas. Pemberian pakan tetap dilakukan tiga kali sehari. Dan untuk menjaga kualitas air, dilakukan penyiphonan kotoran ikan dan selanjutnya air diganti 1/3 bagian volume air wadah.

3.2.5 Cara Memproduksi Ikan Cupang Jantan yang Banyak
Seperti mahluk hidup lainnya, secara alami jenis kelamin ikan sudah ditentukan pada saat pembuahan telur terjadi. Namun demikian, pada ikan terdapat suatu fase yang labil dimana jenis kelamin masih bisa diarahkan menjadi betina atau jantan. Jenis kelamin yang diinginkan berhubungan dengan adanya perbedaan karakter atau sifat antara ikan jantan dan betina. Perbedaaan karakter tersebut dapat berupa kecepatan tumbuh dan penampilan tubuh seperti warna dan panjang sirip ikan. Perbedaan karakter tersebut biasanya berhubungan dengan aspek ekonomi sehingga akan lebih menguntungkan apabila memelihara ikan dengan satu jenis kelamin yang menguntungkan tersebut.
Tehnik pengarahan jenis kelamin ini dikenal dengan istilah sex reversal. Tehnik sex reversal sudah berhasil diaplikasikan kebeberapa jenis ikan seperti ikan mas dan beberapa jenis ikan hias seperti ikan cupang, kongo tetra dan ikan gapi.
Pengarahan jenis kelamin ikan cupang kearah jantan dilakukan dengan menggunakan hormon androgen 17 α-methyltestosteron. Dosis hormon yang digunakan adalah 20 mg/l air perendaman. Pembuatan larutan hormon 20 mg/l dilakukan dengan cara melarutkan hormon sebanyak 20 mg, kemudian dilaritkan dalam 1 ml alkohol 70%, dan selanjutnya dimasukkan kedalam air yang akan dipakai merendam sebanyak 1 liter. Air yang telah diberi hormon diaerasi beberapa saat sebelum dilakukan perendaman. Hal ini dilakukan untuk meratakan hormon dalam air dan membantu penguapan alkohol.
Perendaman dalam larutan hormon dilakukan terhadap telur (embrio) fase bintik mata yang terjadi sekitar 30 jam setelah pemijahan. Banyaknya telur yang direndam dalam setiap liter air berhormon berkisar antara 3000-5000 butir. Wadah yang digunakan untuk perendaman sebaiknya yang memiliki dasar yang lebar agar pemanfaatan hormon dalam air semaksimal mungkin. Untuk memudahkan pengambilan telur-telur setelah diberi perlakuan hormon, telur-telur tersebut bisa dimasukkan kedalam saringan teh yang halus sebelum dimasukkan kedalam wadah perendaman. Lama perendaman untuk ikan cupang adalah 8 jam.
Penanganan larva ikan hasil perlakuan hormon dilakukan seperti pada larva yang tidak diberi perlakuan. Perkembangan ikan perlakuan juga sama seperti dengan ikan biasa.

3.3. Ikan Gapi (Poecilia reticulata)
Seperti halnya dengan ikan cupang, ikan gapi yang banyak diminati dan harganya lebih mahal adalah ikan jantannya, karena memiliki warna dan sirip yang panjang dan bervariasi. Kenyataan tersebut membuat petani lebih senang memelihara ikan gapi jantan karena akan lebih menguntungkan dari segi ekonomi. Di pasaran, terdapat beberapa strain gapi dengan warna dan sirip yang berbeda-beda.
Perbedaan harga antara ikan gapi jantan dan betina tersebut menuntut adanya usaha yang bisa dilakukan untuk menghasilkan ikan jantan yang banyak atau semuanya. Cara yang biasa dilakukan akan di jelaskan lebih lanjut.

3.3.1 Deskripsi Ikan Gapi
Ikan gapi memiliki nilai ekonomis tinggi karena variasi warna yang dimilikinya menarik dan bentuk sirip yang beragam, pemeliharaan dan pemijahan mudah, serta tidak terlalu berpengaruh pada perubahan temperatur dan kualitar air lainnya. Saat ini terdapat sekitar 30 jenis ikan gapi berdasarkan pola warna dan   bentuk siripnya, yang sebagian besar merupakan komoditi ekspor.
Dari penampakan morfologis, ikan gapi jantan memiliki bentuk dan corak warna tubuh lebih menarik dan cemerlang daripada ikan betinanya. Ikan gapi memiliki kemampuan berkembang biak yang cepat sehingga harus segera dipisahkan agar tidak terjadi perkawinan pada usia muda yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas anak yang dihasilkan.
Ikan gapi bersifat ovovivipar, yaitu pembuahan terjadi di dalam tubuh, embrio disimpan dan terus berkembang dalam tubuh induk, akan dilahirkan sebagai anak setelah kurang lebih 20 hari masa kehamilan. Ikan betina mampu menyimpan sperma dalam tubuhnya sehingga dari satu kali perkawinan dapat melahirkan sampai tiga kali dengan jarak waktu antar kehamilan 7-43 hari, dengan selang waktu antara melahirkan anak dengan pemisahan induk betina dari jantannya berkisar 16-35 hari.

3.3.2 Pemeliharaan Induk
Calon induk ikan gapi dapat diperoleh setelah ikan berumur 4 bulan. Untuk menyetarakan perkawinan masa pemeliharaan induk dilakukan di wadah terpisah. Makanan yang diberikan berupa larva Chironomus (chu merah) dan Daphnia (kutu air), yang diberikan dua kali sehari. Pergantian air dilakukan 2-3 hari sekali sebanyak 20-30% volume wadah pemeliharaan.

3.3.3 Pemijahan
Ikan gapi dapat dikawinkan baik secara berpasangan maupun secara massal dengan perbandingan antara induk jantan dan betina 1:1. karena perkawinan ikan gapi secara massal belum tentu terjadi semua pada hari pertama setelah dicampurkan, maka biasanya lama pencampuran 4-7 hari. Pada umumnya selama waktu tersebut ikan gapi sudah kawin sehingga ikan betina dapat dipisahkan dari induk jantannya agar tidak terganggu oleh induk jantan. Induk betina yang sudah kawin tersebut dipelihara diwadah akuarium berukuran  cm atau di bak yang diberi aerasi.
Setelah dua minggu dari waktu pemisahan induk, sudah dapat diketahui induk betina yang hamil dengan cara melihat adanya daerah gelap pada bagian belakang sirip anal dan perutnya sedikit membengkak. Induk ikan yang tidak hamil diambil dan dimasukkan kedalam wadah pemeliharaan induk, sementara induk yang hamil dibiarkan disatukan atau disatukan ke wadah yang lain.

3.3.4 Pemeliharaan dan Pendederan Anak Gapi
Jumlah anak gapi dari setiap kelahiran berkisar antara 50-200 ekor dengan perbandingan jenis kelamin sekitar 1:1. Anak ikan gapi yang lahir dipisah dari induk agar tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan makanan. Selain itu, agar induk tersebut mendapatkan makanan yang cukup sehingga kehamilan keduanya dapat menghasilkan anak dengan jumlah yang maksimal.
Anak ikan yang baru lahir belum membutuhkan makanan. Setelah berumur satu hari, anak ikan diberi makan naupli Artemia atau kutu air yang kecil. Pemeliharaan anak ikan gapi sebaiknya di ruangan yang bisa terkena sinar matahari agar warnanya cemerlang. Wadah pemeliharaan anak ikan dapat berupa bak beton atau bak plastik yang cukup luas yang dilengkapi dengan sistem aerasi. Pergantian air dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak 20-30% volume wadah pemeliharaan.
Seleksi jenis kelamin dapat dilakukan setelah anak ikan gapi berumur satu bulan dengan cara melihat ciri kelamin sekundernya seperti sirip ekor lebih panjang, warna lebih bagus dan sirip anal yang runcing. Sebagian besar anak ikan betina yang dihasilkan bisa dijual atau dibuang dan sisanya dapat dipelihara lebih lanjut untuk dijadikan calon induk.

3.3.5 Cara Menghasilkan Anak Gapi Semua Jantan
Tehnik yang bisa digunakan untuk menghasilkan semua ikan gapi jantan adalah dengan mengarahkan diferensiasi kelaminnya menggunakan hormon jantan (androgen) seperti 17a-methyltestosteron. Karena ikan gapi ini melahirkan anak dan diferensiasi kelaminnya terjadi pada saat masih didalam perut induknya, maka pemberian hormon yang dilakukan pada saat induk hamil. Dosis hormon yang diberikan adalah 2 mg/l air perendaman dengan lama perendaman 24 jam. Cara pembuatan larutan hormon sama seperti pembuatan larutan hormon pada ikan cupang, yaitu hormon dilarutkan terlebih dahulu dengan alkohol 70% dan selanjutnya dicampurkan dengan air yang akan dipakai merendam. Pada setiap satu liter air yang sudah diberi hormon dapat merendam 3 ekor induk yang sudah hamil, baik pada hamil pertama maupun pada hamil kedua. Perendaman pada saat hamil pertama dilakukan setelah 14 hari dari waktu pemisahan antara induk jantan dan betina, sedangkan perendaman hamil kedua dilakukan setelah 14 hari dari waktu melahirkan pertama. Selama kegiatan perendaman, kedalam air perendaman ikan tetap diberi aerasi.  Jumlah anak yang dihasilkan dari perlakuan tidak berbeda atau sama dengan ikan yang tidak diberi hormon, dan anak yang dihasilkan dapat semua jantan (100%).

3.4. Ikan Kongo Tetra (Micralestes interruptus)
3.4.1 Deskripsi Ikan Kongo Tetra
Ikan kongo tetra termasuk ke dalam famili Characidae dan berasal dari Afrika. Ikan ini merupakan salah satu jenis ikan hias yang mudah berkembang biak. Seperti halnya dengan ikan gapi dan cupang, ikan kongo tetra jantan lebih mahal dibandingkan dengan betinanya, karena ikan jantan lebih menarik dengan adanya sirip punggung yang memanjang menyerupai rumbai-rumbai yang bisa sampai menyentuh sirip ekor. Di bawah cahaya lampu, ikan jantan juga biasanya memancarkan cahaya yang berwarna emas dan turquoise. Ikan ini hidup dengan baik di lingkungan dengan temperatur 25-27oC.



Perbedaan harga antara ikan jantan dan ikan betina tersebut mendorong petani berusaha menghasilkan ikan jantan lebih banyak atau semuanya jantan. Akan tetapi secara konvensional, untuk tujuan tersebut petani harus menambah jumlah induk ikan yang tentunya akan diikuti dengan kenaikan biaya produksi. Tehnologi yang bisa digunakan untuk menghasilkan semua ikan kongo jantan adalah sex reversal dengan menggunakan hormon androgen, 17-methyltestosteron, yang akan di bahas lebih lanjut.

3.4.2 Pemeliharaan Induk
Seperti pada ikan hias lainnya, pemeliharaan calon induk ikan kongo untuk pematangan gonadnya dilakukan dalam akuarium yang terpisah. Pakan yang bagus untuk pematangan gonad adalah chu merah beku atau segar, dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari sampai ikan kenyang. Dan untuk menjaga kualitas air, setiap hari dilakukan penyiponan terhadap kotoran ikan dan sisa makanan yang tidak termakan, kemudian air diganti sebanyak 30% dari volume air akuarium.

3.4.3 Pemijahan
Pemijahan ikan kongo tetra sebaiknya dilakukan secara massal dengan perbandingan jenis kelamin ikan jantan dan betina 3:5. induk matang gonad yang ditandai dengan perut gendut, dimasukkaqn kedalam akuarium pemijahan berukuran  cm. Pada umumnya induk jantan selalu siap dikawinkan sehingga pemilihan induk hanya dilihat dari keseragaman besarnya dengan harapan kualitasnya akan sama.
Ke dalam akuarium pemijahan dimasukkan pula 4-5 eceng gondok sebagai substrat pemijahan. Disela-sela akar eceng gondok biasanya banyak telur ikan meskipun sebenarnya telur-telur tersebut tidak menempel sehingga pada saat eceng gondok digoyang goyangkan, telur-telur akan jatuh kedasar akuarium. Telur-telur yang ada didasar akuarium disiphon dengan selang sipon secara hati-hati agar telur tidak rusak, kemudian telur-telur tersebut dipindahkan kedalam akuarium penetasan.
Induk-induk yang berada di akuarium yang memiliki telur tetap dibiarkan dan dipelihara dengan pemberian pakan dan pergantian air seperti biasa. Setelah dilakukan pemanenan telur sebanyak 4-5 kali (untuk pemijahan dengan induk betina sebanyak 20 ekor), induk ikan kongo jantan diganti dengan induk jantan yang baru. Ikan jantan yang sudah digunakan untuk pemijahan tersebut dipelihara dalam akuarium pematangan untuk dimatangkan lagi. Demikian juga halnya dengan induk betina yang sudah memijah ditandai dengan perut menjadi ramping (kempes) diambil dan diganti dengan betina yang baru.

3.4.4 Penetasan Telur dan Pendederan Larva/Benih
Penetasan telur dilakukan pada akuarium yang terpisah dari akuarium pemijahan. Telur yang telah dikumpulkan kedalam akuarium penetasan ditambahkan Methylene Blue 1 mg/l air akuarium untuk mencegah serangan jamur.
Makanan untuk larva mulai diberikan pada saat cadangan makanannya berupa kuning telur mulai habis. Makanan yang diberikan berupa naupli Artemia sampai ikan berumur 2 minggu, kemudian diberi cacing rambut atau kutu air. Pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari. Untuki menjaga kualitas air dilakukan penyiponan setiap hari dan pergantian air kurang lebih 30% volume air akuarium penetasan. Air yang dipergunakan adalah air tandon tang telah disiapkan sehari sebelumnya. Setelah ikan berumur satu bulan, kepadatannya dijarangkan agar pertumbuhan ikan tidak terhambat.

3.4.5 Cara Memproduksi Ikan Kongo Tetra Jantan yang Banyak
Untuk menghasilkan ikan jantan yang banyak dari setiap siklus produksi dapat dilakukan dengan cara diferensiasi kelamin dengan menggunakan hormon. Pada ikan kongo tetra telah berhasil dilakukan pengarahan kelamin menjadi jantan dengan menggunakan hormon 17 mehyltestoteron dengan dosis 25 mg/l selama 8 jam melalui perendaman telur pada saat bintik mata yang terjadi sekitar 50 jam setelah pemijahan. Jumlah telur yang direndam sebanyal 1000-2000 butir per liter air berhormon. Selam perendaman, aerasi tetap diberikan. Setelah waktu perendaman selesai. Air berhormon dibuang dan diganti dengan air yang baru air tandon. Cara pemeliharaan ikan selanjutnya seperti pada pemeliharaan ikan normal ( ikan yang tidak diberi perlakuan hormon).

3.5. Ikan Green Tiger (Puntius tetrazona)
Ikan green tiger atau “The most green tiger barb fish” adalah salah satu jenis ikan air tawar yang unik. Keunikan ikan ini dilihat dari pola warna dan pola garisnya. Pola warna yang tampak adalah warna hitam, hijau dan albino. Sedangkan pola garis yang tampak adalah “green tiger” dengan bar di badan berwarna hijau atau hitam yang luasannya besar, dan pola sumatera dengan 4 bar kecil.
Pada keturunan generasi pertama hasil perkawinan antara sumetera dan green tiger didapat pola garis sumatera dan pola garis green tiger, sedangkan pola warna yang tampak adalah hitam, hijau dan albino. Pada generasi kedua dari perkawinan antara green tiger dengan green tiger diperoleh pola warna dan garis yang sama dengan generasi pertama. Perkawinan antar jenis ikan sumatera akan menghasilkan semuanya ikan sumatera.

3.5.1. Deskripsi Ikan Green Tiger
Ikan green tiger dikenal dengan “The most green tiger barb fish” merupakan hasil mutasi dari jenis sumatera. Ikan ini memiliki sisik berwarna hijau dan hitam dengan pola yang khas pada sisi tubuhnya. Ujung sirip punggung dan sirip analnya berwarna merah kehitaman, sedangkan sirip lainnya berwarna kemerahan transparan.

3.5.2. Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk green tiger dilakukan ditangki fiber atau bak beton. Pemeliharaan induk jantan dan betina dilakukan secara terpisah. Bak beton yang digunakan berukuran  cm dengan ketinggian air 35 cm. Pakan yang diberikan pada pemeliharaan induk ini adalah cacing rambut, atau kutu air dengan frekuensi pemberian dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Sedangkan penggantian air dilakukan 2 hari sekali sebanyak 30% dari volume wadah.

3.5.3 Pemijahan
Pemijahan ikan green tiger dilakukan didalam akuarium berukuran  cm dengan ketinggian air 15 cm yang diaerasi terusa menerus dengan kekuatan sedang. Sebagai spawning ground digunakan eceng gondok yang sekaligus berfungsi sebagi pelindung telur-telur dari pemangsaan induknya setelah pemijahan dan juga merupakan tempat persembunyian induk betina dari kejaran induk jantan setelah pemijahan selesai. Untuk mencegah agar induk tidak memakan telurnya dapat dibuatkan trap/penghalang yang dipasang beberapa senrimeter diatas dasar akuarium. Trap tersebut dapat dibuat dari jaring hapa bekar yang diberi rangka sesuai dengan ukuran akuarium.
Induk jantan dimasukkan keakuarium terlebih dahulu untuk memberi kesempatan bagi induk jantan menguasai lingkungan pemijahan. Setelah pemijahan selesai kedua induk segera diangkat dari akuarium pemijahan.

3.5.4 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva/Benih
Setelah kedua induk ikan diangkat, telur-telur dibiarkan menetas didalam akuarium pemijahan tersebut. Untuk mencegah serangan jamur, kedalam akuarium penetasan ditambahkan Methylene Blue 1 mg/l air.
Larva ikan baru diberi makan setelah berumur 4 hari berupa nauplii Artemia yang baru menetas, kemudian secara bertahap diberi kutu air dan cacing rambut. Larva ikan yang baru menetas sampai berumur kurang lebih 15 hari tetap dipelihara dalam akuarium pemijahan, selanjutnya ikan dapat didederkan di bak beton atau kolam dan sawah yang sudah dipupuk sehingga tumbuh banyak makanan alami.

3.6. Ikan Head Stander (Chilodus punctatus)
3.6.1. Deskripsi Ikan Headstander
ikan ini dinamakan ikan head tander karena kepalanya selalu kebawah. Ikan headstander termasuk kedalam famili alestidae. Tubuhnya dipenuhi bercak-bercak berwarna coklat. Panjang tubuh mencapai 3.5 cm
Perbedaan morfologi antara jantan dan betina sukar terlihat karena tidak ada beda ciri morfologisnya. Sedikit perbedaan yang ada terletak pada tubuh betina ynag tampak lebih gendut pada saat matang gonad. Ikan ini mulai matang gonad pada umur 4 bulan.

3.6.2 Pemijahan
Pemijahan ikan headstander dilakukan di dalam akuarium berukuran  cm dan diberi aerasi. Pemijahan berlangsung secara massal dan terus-menerus dengan jumlah jantan sebanyak dua ekor dan betina tiga ekor setiap akuarium. Kedalam akuarium pemijahan dimasukkan serabut tali rafia yang diikatkan dengan pemberat dan diletakkkan di dasar akuarium sebagai media peletakan telur. Apabila dalam selang waktu dua minggu tidak ada induk yang memijah, maka induk dipisahkan selama kurang lebih i minggu untuk pematangan gonad.
Pengontrolan telur dilakukan sampai lima kali dalam sehari karena telur tidak dikeluarkan sekaligus. Pengambilan telur dengan cara menyiphonnya. Sisa-sisa telur tersebut dimasukkan kedalam akuarium penetasan.
Penyiponan sisa makanan dan kotoran dilakukan setiap hari dan penggantian air sebanyak 30% dua hari sekali. Makanan untuk induk diberikan berupa cacing rambut, dan chu merah segar atau beku.

3.6.3. Penetasan Telur
Akuarium penetasan yang digunakan berukuran 30x30x20 cm. Sebelum digunakan, akuarium tersebut terlebih dahulu dibersihkan. Air yang digunakan untuk penetasan telur sudah disiapkan dua hari sebelum dipasang. Untuk mencegah serangan jamur, kedalam akuarium penetasan ditambahkan Methylene Blue sebanyak 1 mg/l air. Bila ruangan terlalu terang, wadah penetasan ditutupi dengan plastik hitam untuk mengurangti intensitas cahaya. Inkubasi telur dilakukan selam 4-5 hari.

3.6.4 Pendederan dan Pembesaran
Sehari setelah menetas, larva dipindahkan keakuarium pendederan berukluran cm yang diisi air setinggi 25 cm. Setelah larva berumur 3 hari, diberi pakan verupa naupli Artemia dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali sehari. Penyiponan sisa-sia makanan dan kotoran dilakukan setiap hari. Pergantian air sebanyak 20-30% dilakukan setelah ikan berumur 10 hari.
Setelah berumur 1 bulan, dilakukan penjarangan ikan dengan kepadatan setiap akuarium sekitar 100 ekor. Diusahakan didalam akuarium ikannya berukuran seragam. Apabila benih sudah mencapai ukuran 1 inchi, makanan diberikan berupa kutu air dan cacing rambut. Pergantian air dilakukan sebanyak 20-30% setiap hari.
Kegiatan pembesaran dilakukan dibak beton atai tangki fiber volume 1 m3. didalam setiap bak diisi ikan sebanyak 500-1000 ekor. Pakan yang diberikan berupa kutu air dan cacing rambut. Pergantian air tetap dilakukan setiap hari sebanyak 20-30%. Biasanya ikan headstander akan di jual setelah berumur 4 bulan.

3.7. Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons)
3.7.1 Deskripsi Ikan Black Ghost
Black ghost mempunyai tubuh yang berwarna biru kearah ungu tua hingga kehitaman dan kadang-kadang terlihat hitam pekat. Ciri fisik lainnya adalah terdapat beberapa goresan atau garis putih pada bagian ekornya dan garis putih dari dahi hingga dagu.
Bentuk tubuh black ghost seperti pipih, di alam panjangnya dapat mencapai 48 cm. Ikan ini memiliki keunikan yaitu ditandai dengan bersatunya sirip dada dan sirip perut. Sirip yang menyatu ini memanjang dari dada hingga pangkal ekor. Pada saat berenang atau ada aliran air, sirip ini berkibar-kibar sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu ikan black ghost mempunyai organ-organ yang mengandung listrik. Diduga organ ini berfungsi sebagai alat komunikasi, mempertahankan diri atau mengetahui letaknya makanan.
Black ghost akan berkembang baik pada suhu 26oC, pH 6.6 , namun masih tumbuh dan berkembang dengan  baik pada pH 6-7.

3.7.2 Pemijahan
Pemijahan ikan black ghost biasanya menggunakan sistem massal dengan perbandingan jantan dan betina 2:3. Wadah yang digunakan dapat berupa akuarium yang berukuran  cm dengan induk sebanyak 5-7 ekor dan kolam beton yang berukuran  m dapat diisi induk 20 ekor.
Untuk membedakan jenis kelamin induknya dapat dilihat secara fisik. Induk jantan dagunya biasanya panjang dan rata (lurus) dan panjangnya panjang, sedangkan induk betina dagunya biasanya pendek, gemuk dan lebih besar jika dibandingkan ikan jantan, sedangkan badannya pendek dan gemuk. Pakan yang baik untuk induk black ghost yakni cuk merah hidup atau beku atau yang paling baik adalah jentik nyamuk. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari dan pengontrolan kualitas air sebaiknya pada wadah pemijahan diletakkan filter untuk menjaga kebersihan air.
Pemijahan ikan black ghost memerlukan substrat biasanya yang digunakan adalah akar pakis, perlu diperhatikan agar pakis yang digunakan sebaiknya benar-benar bersih dan bebas dari penyakit. Pemijahan dilakukan pada sore hari dengan meletakkan akar pakis diantara dua pemberat misalnya menggunakan kaca atau pecahan keramik. Ikan betina akan meyemburkan telurnya ke dalam substrat, kemudian diikuti oleh jantannya yang menyemprotkan sperma. Pada pagi harinya akar pakis dapat dilihat terdapat telur-telur yang menempel. Setelah bertelur akar pakis dipindahkan kedalam akuarium penetasan yang telah ditambahkan Methylene Blue sebanyak 2 mg/l air.

3.7.3. Pemeliharaan Larva/Benih
Dalam waktu 3-4 hari telur black ghost akan menetas, namun hanya telur yang fertil saja yang menetas, sementara telur steril berwarna putih susu dan tidak akan menetas. Larva black ghost yang baru menetas berwarna putih, dengan bertambahnya umur akan berubah menjadi hitam. Perubahan warna ini juga diikuti oleh menghilangnya lendir dari tubuh black ghost.
Black ghost yang sudah menetas dapat diberi pakan nauplii Artemia kemudian Daphnia atau kutu air, selanjutnya anakan dapat diberikan cacing sutra. Pemeliharaan kualitas air  dijaga agar tetap stabil. Penyiphonan dapat dilakukan dengan mengganti 30% air akuarium. Pemberian termostat juga diperlukan untuk menjaga agar suhunya stabil karena ikan black ghost akan mudah terserang white spot pada suhu yang rendah.

Sumber :
http://taufikbudhipramono.blog.unsoed.ac.id/2011/05/12/teknologi-budidaya-ikan-hias-3/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar